Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

17 min read

Tugas 1.4.j. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4
Oleh : Agung Jaka Nugraha - CGP A-11 Kota Probolinggo Jawa Timur
Tujuan Pembelajaran Khusus:
  1. CGP memahami keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada modul 1.1, 1.2 dan 1.3.
  2. CGP dapat menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.

Kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti.

Membangun Budaya Positif di Sekolah

Penerapan budaya positif di sekolah memberikan banyak manfaat bagi ekosistem sekolah. Karena dengan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif, kita tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan akademik, tetapi juga menumbuhkan karakter, nilai-nilai, dan keterampilan sosial yang akan berguna sepanjang hidup mereka. Namun yang menjadi catatan dari saya adalah bahwa hal tersebut harus dilakukan dengan:

  1. Berikan pemahaman. Pengalaman saya di kelas, suatu pembiasaan hanya akan menjadi sebuah kegiatan yang sia-sia, apabila tidak disertai dengan suatu pemahaman kepada anak didik tentang alasan mengapa mereka harus melakukannya.
  2. Konsisten dan berkesinambungan. Penerapan budaya positif harus dilakukan tanpa terputus dan dilakukan terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan atau budaya baru.
  3. Kontekstual dan Holistik. Disiplin positif juga selaiknya dilakukan dengan dihubungkan dengan dunia nyata peserta didik, sehingga mereka dengan mudah memahaminya.
  4. Kolaborasi. Penerapan disiplin positif tanpa adanya kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, dan seluruh anggota komunitas sekolah merupakan suatu hal yang mustahil untuk dapat diwujudkan. Setiap individu memiliki peran yang sama pentingnya dalam menciptakan dan mempertahankan budaya positif.

Konsep-konsep Inti

  • Disiplin Positif
    Dalam penerapan disiplin positif, sekolah atau guru lebih menekankan pada pencegahan masalah perilaku daripada memberikan hukuman.
  • Motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan)
    Dengan usaha untuk memunculkan motivasi intrinsik, akan mendorong siswa untuk belajar karena mereka merasa tertarik dan ingin tahu, bukan karena takut pada hukuman atau menginginkan hadiah. Pemberian penghargaan (reward) dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri siswa namun yang perlu kita sadari bersama bahwa hadiah juga akan menjadi suatu hukuman bagi mereka. Karena dapat menimbulkan rasa ketergantungan dan juga persaingan yang tidak sehat antar peserta didik.
  • Posisi Kontrol Restitusi
    Kita sebagai individu apalagi seorang guru mempunyai posisi kontrol dimana hal tersebut sangat berpengaruh kepada perkembangan siswa. Ketika kita dihadapkan dengan permasalahan siswa, sebaiknya kita berposisi sebagai seorang manajer, yang mana kita haruslah berfokus pada perbaikan dengan cara bantu mereka untuk memahami dampak dari tindakan mereka dan mencari cara untuk memperbaiki kesalahan, bukan dengan memberikan hukuman yang berdampak negatif.
  • Keyakinan kelas
    Dalam penerapan budaya positif dikelas, untuk dapat memunculkan motivasi intrinsik dari siswa guru dapat menggunakan keyakinan kelas, bukan peraturan kelas. Dengan penerapan keyakinan kelas akan menimbulkan rasa memiliki pada siswa, karena dalam pembuatannya mereka juga diikutsertakan dan menyepakati bersama seluruh anggota kelas.
    Dalam pembuatan keyakinan kelas diutamakan menggunakan kalimat positif yang nantinya diharapkan menimbulkan efek positif pula kepada peserta didik, diantaranya meningkatkan motivasi serta menciptakan suasana yang menyenangkan.
  • Segitiga Restitusi
    Dalam penyelesaian permasalahan pada siswa, guru sebaiknya menggunakan metode Segitiga Restitusi, dimana penyelesaian masalah berfokus bukan pada hukuman, melainkan pada proses pembelajaran dan perbaikan diri. Adapun langkah-langkahnya adalah: menstabilkan identitas, validasi tindakan salah, dan menanyakan keyakinan.

Keterkaitannya dengan materi sebelumnya

1.1 Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara

Agar dapat mewujudkan pendidikan yang sesuai dengan cita-cita Ki Hadjar Dewantara, yaitu membimbing setiap potensi anak, diperlukan sebuah lingkungan pendidikan yang penuh dengan nilai-nilai positif. Dalam budaya positif tidak hanya tentang materi pelajaran, tetapi juga termasuk lingkungan belajar, interaksi sosial, dan nilai-nilai yang dihormati di sekolah. Dengan mengedepankan budaya positif, pendidikan difokuskan pada murid dan sekolah tidak hanya menjadi tempat pengajaran ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai wadah bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang secara intelektual, emosional, serta sosial.

Guru memiliki peran sebagai penggerak dan pendamping, menciptakan lingkungan kelas yang menyenangkan dan mendukung untuk belajar. Siswa secara aktif berpartisipasi dalam membangun suasana positif di kelas. Mitra sekolah dalam mendidik anak adalah peran yang dimainkan oleh orang tua. Selain itu, sekolah dan komunitas juga dapat memberikan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan.

1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Guru penggerak akan menjalankan peran mereka dengan lebih baik jika memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya positif sebagai pondasi yang kuat. Guru penggerak di sekolah dituntut untuk tidak hanya memiliki penguasaan atas materi pelajaran, tetapi juga kemampuan dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan inspiratif sebagai ujung tombak perubahan. Dengan konsisten menerapkan konsep-konsep inti budaya positif, guru penggerak dapat memberdayakan nilai-nilai seperti kerjasama, introspeksi diri, kreasi baru, dan dukungan terhadap siswa.

Untuk mencapai visi pendidikan yang berpusat pada murid, guru penggerak perlu memiliki pemahaman dan penerapan budaya positif sebagai kunci keberhasilannya. Oleh karena itu, guru penggerak tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga memegang peranan sebagai pemimpin pembelajaran yang inspiratif dan mampu menghasilkan perubahan positif di lingkungan sekolah.

1.3 Visi Guru Penggerak

Agar visi yang telah diajukan dapat terlaksana, seorang guru penggerak harus mengedepankan budaya positif sebagai prinsip utama dalam semua tindakannya. Guru penggerak yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif akan lebih mempermudah pencapaian visi yang inspiratif dan inovatif. Bukan hanya kata-kata, tetapi budaya positif ini adalah tekad untuk menciptakan lingkungan di mana setiap orang merasa dihormati dan diberi kesempatan untuk berkembang.

Guru yang bergerak maju dengan visi kuat akan paham bahwa mencapai tujuan tidak hanya tergantung pada kecakapan teknis, tetapi juga kemampuan untuk membangun hubungan positif dengan siswa, rekannya, serta orang tua. Dengan mengamalkan nilai-nilai budaya positif seperti saling menghargai, bekerja secara kolaboratif, dan memiliki empati, guru motivator dapat membentuk komunitas pembelajaran yang kuat.

Refleksi materi Modul Budaya Positif

1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Pengalaman belajar dari modul ini telah memperluas pengetahuan saya tentang budaya positif di lingkungan sekolah. Akhirnya saya memahami bahwa budaya positif ini terbentuk melalui kesepakatan nilai-nilai bersama dari seluruh warga sekolah.

Untuk menciptakan budaya positif, disiplin yang positif menjadi faktor utama. Konsep ini tidak sama dengan hukuman dan hadiah. Disiplin positif memfokuskan pada rasa kesadaran diri serta tanggung jawab siswa. Dengan memahami kebutuhan dasar siswa, kita dapat memberikan pengarahan kepada mereka agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang telah disepakati.

Saya juga menyadari bahwa selalu ada alasan di balik setiap perilaku siswa. Sebagai seorang guru, tugas saya adalah untuk membimbing siswa dalam memahami kebutuhan mereka dan menemukan solusi yang sesuai tanpa melanggar peraturan. Memberikan restitusi atau melakukan perbaikan kesalahan adalah metode yang efektif dalam membentuk karakter siswa. Dengan menjadi pendamping yang baik, kita bisa mendukung siswa dalam belajar dari kesalahan dan mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka.

Sebelum mempelajari modul ini, saya seringkali mengadopsi pendekatan yang lebih otoriter dalam menangani kesalahan siswa. Tetapi setelah mempelajari konsep disiplin positif, kesadaran saya muncul bahwa pendekatan yang lebih kolaboratif serta memberikan perhatian pada kebutuhan siswa akan memiliki efektivitas yang lebih baik dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif.

2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah mempelajari modul ini, saya menyadari bahwa penting bagi kita untuk mengubah paradigma dalam menilai siswa yang sering dianggap "gagal". Sebagai gantinya, kita perlu melihat mereka sebagai individu yang memiliki kesempatan untuk sukses. Dengan mengerti akan kebutuhan serta motivasi yang menjadi penyebab di balik tindakan mereka, kita mampu memberikan arahan agar mereka dapat membuat pilihan yang lebih tepat. Selain itu, perlu melibatkan siswa dalam proses memperbaiki kesalahan mereka agar mereka merasa memahami konsekuensi terhadap tindakan pribadi mereka.

3. Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Pada mulanya, saya berusaha untuk menerapkan konsep budaya positif hanya di dalam ruang kelas saya. Saya mulai dengan melibatkan siswa dalam proses pembuatan kesepakatan kelas. Kami bersama-sama menentukan aturan yang harus diikuti dan mengubahnya menjadi kalimat positif. Selanjutnya, kami sepakat dan yakin dengan nilai-nilai yang ada dalam aturan tersebut.

Tetapi, dalam menerapkan kesepakatan kelas tersebut, saya menghadapi berbagai tantangan. Terdapat murid yang melanggar peraturan, seperti menggunakan bahasa kasar atau bertindak tidak sopan terhadap temannya. Saat mencoba melakukan restitusi, siswa tersebut mengalami kesulitan dalam memberikan usulan sendiri untuk memperbaiki kesalahannya. Mereka lebih suka menunggu saya memberikan solusi.

Pengalaman ini sungguh membawa banyak pengajaran bagi saya. Saya tahu bahwa melaksanakan disiplin positif itu sulit, terutama jika siswa belum akrab dengan konsep ini. Namun, saya ingin terus meningkatkan diri dan menemukan metode yang lebih efisien dalam membimbing siswa agar dapat mengambil tanggung jawab atas perilaku mereka.

4. Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Saya sempat ragu dan khawatir ketika berusaha menerapkan konsep restitusi untuk memperbaiki perilaku anak-anak di sekolah. Saya khawatir bahwa tindakan saya dapat membuat siswa merasa bersalah dan seperti sedang selalu diawasi oleh saya.

5. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Melalui pengalaman menerapkan konsep restitusi, saya telah memperoleh banyak pengetahuan. Walaupun siswa telah sepakat dalam kelas, mereka tetap membutuhkan waktu untuk benar-benar menginternalisasi dan menerapkan nilai-nilai positif sehari-hari. Hal ini mengindikasikan bahwa kesabaran dan proses yang kontinu diperlukan untuk membangun budaya positif di sekolah.

6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,  posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya? 

Baru-baru ini, saya menyadari bahwa sepanjang waktu ini saya cenderung berperan sebagai "teman" daripada guru bagi siswa-siswa saya. Dalam kenyataannya, pendekatan ini tidak terlalu efektif karena perubahan perilaku siswa hanya tampak ketika mereka berada dalam kehadiran saya. Setelah mempelajari berbagai posisi kontrol, saya menguji kemampuan saya sebagai seorang "manajer" yang membimbing siswa dalam meningkatkan perilaku mereka sendiri. Walaupun masih banyak yang harus dipelajari, saya merasa senang melihat siswa mulai menunjukkan inisiatif untuk berubah tanpa perlu selalu diingatkan oleh saya.

7. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Sebenarnya, tanpa saya sadari, saya sudah melakukan beberapa langkah dari segitiga restitusi sebelumnya meskipun belum familiar dengan istilah dan teorinya. Contohnya, saat ada siswa yang tidak mengenakan seragam olahraga lengkap, saya pernah menanyakan alasan mereka dan berusaha memahami keadaannya. Saya juga pernah berbagi cerita saya sendiri hanya untuk membuatnya lebih nyaman. Walaupun belum optimal, saya yakin tindakan yang saya lakukan sudah dekat dengan langkah-langkah dalam segitiga restitusi seperti menegakkan identitas dan memvalidasi tindakan. Tetapi, saya belum dapat mengajukan pertanyaan tentang keyakinan karena kita masih belum mencapai kesepakatan nilai bersama di kelas atau sekolah.

8. Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Untuk menciptakan lingkungan positif yang efektif, kita harus melibatkan tidak hanya siswa dan guru, tetapi juga orang tua dan komunitas di sekitar sekolah. Jika nilai-nilai yang diajarkan di sekolah berbeda dengan nilai-nilai yang diterapkan di rumah atau oleh teman sebaya, siswa mungkin merasa kebingungan dan kesulitan dalam menerapkan nilai-nilai positif.

Dalam menghadapi situasi semacam ini, siswa perlu belajar untuk mempergunakan nurani mereka untuk  membedakan antara yang benar dan yang salah. Namun, penting bagi kita untuk mengajarkan kepada siswa cara mendengarkan serta mengikuti suara nurani mereka.



Guru SD, Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Probolinggo

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar