PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan penerapan keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain.
B. Tahapan kegiatan Demontrasi Kontekstual
Tahapan Demonstrasi Kontekstual ini merupakan wadah bagi CGP untuk menunjukkan pemahaman CGP mengenai keseluruhan materi. CGP diberi kesempatan untuk meninjau materi di modul ini dengan konteks lokal yang CGP hadapi. Unsur-unsur apa saja yang CGP perlukan dalam mengelola dilema etika pengambilan keputusan, sebagai pemimpin pembelajaran?
Dalam hal ini, kesempatan tersebut berupa mengadakan wawancara dengan pimpinan/kepala sekolah tentang praktik pengambilan keputusan selama ini di sekolah asal CGP, dan juga di tempat/lingkungan lain.
Hasil wawancara ini akan CGP analisis berdasarkan konsep-konsep yang telah dipelajari pada modul ini . Hasil analisis CGP akan dijadikan sebuah refleksi atas praktik pengambilan keputusan dilema etika yang telah dijalankan di sekolah asal CGP dan di sekolah-sekolah lain di lingkungan CGP.
C. Tugas Wawancara dengan Pimpinan/Kepala Sekolah:
- CGP diminta untuk mewawancarai 2-3 pimpinan (kepala sekolah) di lingkungan Anda (salah satunya adalah pimpinan di sekolah asal Anda).
- Hasil wawancara ini adalah untuk mendapatkan sebuah wacana tentang praktik pengambilan keputusan yang selama ini dijalankan, terutama untuk kasus-kasus yang di mana nilai-nilai kebajikan saling bersinggungan, atau untuk kasus-kasus dilema etika yang sama-sama benar.
- Apa yang selama ini dilakukan pimpinan-pimpinan tersebut, praktik apa yang selama ini dijalankan?
- Analisis praktik pengambilan keputusan dilema etika tersebut di antara para pemimpin yang Anda wawancarai, dan kaitkan dengan pengetahuan Anda sendiri tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian.
- Analisis dan lakukan refleksi atas hasil wawancara tersebut. Silakan unggah hasil wawancara dan refleksi Anda dalam bentuk video/audio/tertulis.
D. Panduan Wawancara
- Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?
- Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
- Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
- Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
- Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
- Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?
- Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
- Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
E. KEGIATAN WAWANCARA 1






Sebagai seorang Calon Guru Penggerak (CGP) yang bertugas di SDN Kademangan 4 kota Probolinggo, saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara pertama di lingkungan kerja saya sendiri. Kali ini saya telah mewawancarai kepala sekolah saya yang bernama bapak Sucipto, S.Pd. Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2024.
Pada kesempatan tersebut saya berusaha untuk menggali pertanyaan sesuai dengan petunjuk pada LMS dengan beberapa pengembangan dengan harapan dapat merefleksikan praktik yang ada dan meningkatkan kualitas keputusan yang diambil beliau di dalam lingkungan sekolah.
Latar Belakang Kasus
SD Negeri Kademangan 4 berada di pinggir jalan, sehingga kondisi jalan tersebut seringkali menjadi sempit karena banyak pedagang berjualan di depan sekolah. Hal ini membuat akses bagi kendaraan roda empat kadang terhambat, terutama saat jam istirahat ketika siswa berbondong-bondong keluar untuk membeli makanan, yang sering menyebabkan kemacetan. Situasi ini juga menjadi keluhan bagi masyarakat yang ingin pergi ke kantor KUA, yang terletak di depan SD Negeri Kademangan 4. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terkait potensi bahaya yang mungkin terjadi.
Masalah kebersihan di depan sekolah juga menjadi perhatian, karena tidak adanya tempat sampah di area tersebut. Makanan yang dijual pedagang tidak ditutup dengan baik, dan beberapa di antaranya tidak memenuhi standar kesehatan karena mengandung pewarna, pemanis, serta pengawet buatan yang dapat memicu penyakit pada anak-anak.
Sekolah pernah mencoba menutup gerbang saat jam istirahat untuk mencegah siswa membeli makanan di luar, namun langkah ini memicu kemarahan para pedagang. Mereka menganggap sekolah menghambat penghasilan mereka, terutama karena sebagian dari pedagang tersebut merupakan warga sekitar yang telah lama tinggal di area tersebut dan merasa memiliki hak atas lingkungan sekitar sekolah.
Kepala sekolah juga pernah berbincang dengan beberapa siswa mengenai alasan mereka tetap membeli makanan di luar, dan banyak dari mereka menyebutkan bahwa mereka bosan dengan pilihan makanan di kantin yang monoton.
Solusi dari Kepala Sekolah
Untuk menyelesaikan masalah yang perlu segera ditangani terkait keselamatan dan kesehatan siswa serta kebersihan sekolah, pihak sekolah memutuskan untuk mengundang para pedagang untuk mendengarkan pandangan mereka. Dari hasil diskusi tersebut, para pedagang menjelaskan bahwa mereka sangat bergantung pada berjualan di depan sekolah karena barang dagangan mereka selalu laku dan hasil penjualan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
Setelah mengumpulkan informasi tersebut, kepala sekolah dan para guru mengadakan rapat untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Keputusan yang diambil adalah pedagang diizinkan untuk berjualan, namun dengan ketentuan bahwa lokasi jualannya berada di dalam area sekolah, di lahan yang telah disediakan. Para pedagang juga diwajibkan untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan di sekitar tempat mereka berjualan.
Selain itu, sekolah bekerja sama dengan Puskesmas untuk mengadakan sosialisasi mengenai bahaya bahan makanan yang mengandung pengawet, pewarna, dan pemanis buatan, dengan sasaran utama para siswa dan pedagang. Tujuannya adalah agar para pedagang hanya menjual makanan yang aman dikonsumsi oleh siswa. Sekolah juga terus memberikan edukasi kepada siswa mengenai pentingnya menjaga kebersihan di lingkungan sekolah.
Berikut adalah percakapan saya dengan Kepala Sekolah
-
Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan
dilema etika atau bujukan moral?
Jawab : Berdasarkan kasus tersebut, terjadi dilema etika yang ditandai dengan adanya pilihan yang sama-sama benar. Disatu sisi ada nilai kasihan karena para pedagang tersebut butuh uang untuk menghidupi keluarganya, tapi disisi lain, kami juga harus memperhatikan faktor kebersihan, kesehatan, dan keamanan siswa selama kegiatan di sekolah berlangsung. Karena mereka adalah tanggung jawab kami di sekolah. Jadi dalam kasus ini bukan merupakan bujukan moral karena tidak ada pelanggaran hukum yang terjadi. Sehingga untuk mengidentifikasi antara dilema etika dan bujukan moral perlu dilihat dari tipe kasusnya. -
Dalam kasus ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan apalagi
sesuai dari penjelasan bapak tadi bahwa ada dua kepentingan yang sama-sama
mengandung nilai kebajikan yaitu rasa kasihan kepada para pedagang dan juga
rasa tanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan keamanan siswa serta menjaga
kebersihan lingkungan sekolah ?
Jawab : Selama ini dalam menjalankan pengambilan keputusan harus dimusyawarahkan dulu dengan para guru agar mendapatkan pertimbangan dalam memutuskan suatu permasalahan. Guru-guru juga pasti paham situasi yang terjadi di sekolah karena para guru terlibat langsung dan berinteraksi dengan para siswa. Apalagi untuk kasus ini permasalahannya dengan para pedagang yang sudah berjualan berpuluh-puluh tahun yang lalu didepan sekolah. Jadi saya pasti akan mendiskusikan segala permasalahan yang ada di sekolah. -
Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang Anda lakukan untuk
menyelesaikan masalah dengan para pedagang di depan sekolah?
Jawab : Langkah pertama saya akan mengundang mereka untuk saling sharing permasalahan yang terjadi. Dari merekalah saya dapatkan fakta bahwa berjualan di depan sekolah membantu perekonomian mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika mereka berhenti berjualan maka pendapatan untuk makan sehari-hari berkurang mengingat penghasilan yang didapat dengan berjualan di depan sekolah lumayan. Saya juga mendengar pendapat dari sisi beberapa siswa. mereka berpendapat bahwa mereka juga senang dan suka dengan makanan yang dijual didepan sekolah karena mereka bosan dengan makanan kantin sekolah yang itu-itu saja. Kemudian dari hasil sharing dengan para pedagang dan beberapa perwakilan siswa, saya akhirnya membahasnya dalam rapat dengan para guru di sekolah. Dengan mempertimbangkan faktor rasa peduli terhadap sesama dan juga faktor keamanan dan keselamatan siswa serta kebersihan lingkungan sekitar dan juga rasa bosan anak-anak terhadap makanan di sekolah. maka kita putuskan untuk tidak melarang mereka berjualan, akan tetapi mereka harus berjualan di lahan yang disediakan oleh sekolah (didalam sekolah). Makanan yang dijualpun harus memenuhi standar makanan yang aman dikonsumsi oleh siswa. -
Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan
keputusan pada kasus dilema etika ini?
Jawab : Hal yang dianggap efektif dalam pengambilan keputusan adalah diantaranya perlunya komunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat. Dalam hal ini adalah para pedagang yang berjualan di sekolah. Hal efektif lainnya yaitu mengumpulkan fakta secara menyeluruh untuk memahami semua sudut pandang dalam hal ini adalah sudut pandang dari sisi para pedagang.
Dengan begitu, keputusan yang diambil adalah benar-benar keputusan yang terbaik. -
Hal apa saja yang menjadi tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus
dengan para pedagang ini ?
Jawab : Tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus ini adalah untuk mendapatkan fakta yang obyektif dari para pedagang dikawatirkan fakta yang diperoleh bisa dipengaruhi oleh kepentingan pribadi mereka. Dikarenakan mereka terdesak oleh tuntutan mencari nafkah. Dan tantangan lainnya adalah adanya konflik nilai kebajikan yang sama-sama benar. Yaitu nilai rasa kasihan/kepedulian untuk para pedagang di depan sekolah dan juga nilai keamanan, kesehatan dan kebersihan lingkungan sekolah. -
Apakah Anda memiliki sebuah tantangan atau jadwal tertentu dalam
menyelesaikan kasus dilema etika ini?
Jawab : Iya saya butuh jadwal tertentu untuk menyelesaikan kasus isi.
Lalu prosedur yang bapak jalankan seperti apa dalam penyelesaiannya?
Jawab : Prosedurnya jadwalnya yang pertama saya mengadakan pertemuan dengan para pedagang untuk mendengar pemikiran dari sudut pandang mereka agar nantinya fakta yang terkumpul benar-benar utuh dari berbagai pihak yang terlibat.
Saya juga perlu mengumpulkan fakta dari sudut pandang siswa mengapa mereka masih saja melanggar keyakinan sekolah untuk tidak keluar sekolah selama jam bersekolah demi kemananan mereka. Saya juga perlu membahas hasil fakta yang diperoleh dengan para guru, kemudian agar hasilnya benar-benar maksimal, maka kami juga perlu menyusun kegiatan dengan pihak-pihak terkait yaitu puskesmas -
Apakah ada seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau
membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus yang sudah diceritakan
tadi?
Jawab : Para guru sering kali membantu dalam menganalisis masalah dan memberikan masukan yang mendukung pengambilan keputusan yang lebih bijaksana. -
Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda
petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Jawab : Pembelajaran yang dapat dipetik adalah kita harus menganalisis kasus tersebut dengan mempertimbangkan beberapa sudut pandang pihak yang terlibat, kita juga memerlukan kolaborasi dalam hal ini masukan dari para guru dapat membantu saya.
F KEGIATAN WAWANCARA 2






Wawancara kedua saya lakukan di SDN Mayangan 1 bersama Kepala Sekolah Ibu Ernawati, S.Pd.SD pada hari Senin, 21 Oktober 2024.
Latar belakang kasus:
Bu Erna adalah seorang kepala sekolah di salah satu sekolah dasar di kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Sekolah yang beliau pimpin tersebut memiliki 182 peserta didik dengan berbagai macam karakter dan latar belakang yang berbeda-beda serta memiliki 8 tenaga pendidik dan kependidikan.
Dari sekian banyak muridnya tersebut, terdapat beberapa anak yang membutuhkan pendampingan dan penanganan khusus. Salah satunya adalah Adiba dan Alvida. Memalui serangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan oleh pihak sekolah, ternyata Adiba dan Alvida tergolong anak berkebutuhan khusus dengan kasus yang serius yang harus segera ditangani. Rekomendasi yang kami terima dari PUSPAGA bahwa kedua siswi tersebut harus pindah ke SLB.
Melalui pendekatan yang sudah dilakukan oleh pihak sekolah kepada orang tua siswi tersebut, ternyata ibu dari anada Alvida tidak berkenan untuk mutasi ke SLB dengan alasan:
- Alvida tinggal Bersama ibu dan neneknya tanpa seorang ayah
- Ibu alvida bekerja serabutan tanpa penghasilan yang tetap
- Rumah yang ditempati Alvida bersama ibu dan neneknya kurang layak
- Tidak memiliki kendaraan (mengantar Alvida ke sekolah berjalan kaki)
- Merasa tidak mampu untuk membiayai Alvida jika bersekolah di SLB
Dari beberapa alasan diatas, ibu Alvida memaksa ke sekolah agar Alvida tetap sekolah saja di SD ini. Walau dengan keterbatasan yang dimilikinya, ibu Alvida termasuk orang tua yang peduli dan selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan di sekolah.
Berikut adalah percakapannya:
Saya:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Terima kasih, Bu
Erna, atas kesempatannya untuk melakukan wawancara ini. Saya ingin bertanya
terkait pengalaman Bu Erna sebagai kepala sekolah dalam mengambil keputusan
terkait dilema etika yang pernah dihadapi di sekolah. Hasil dari wawancara ini
nantinya akan saya analisis berdasarkan konsep pengambilan keputusan berbasis
nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin yang saya pelajari dalam Program Guru
Penggerak Modul 3.1
Bisa Bu Erna ceritakan bagaimana pengalaman Bu Erna dalam mengidentifikasi dan menangani kasus dilema etika atau bujukan moral di sekolah?
Ibu Erna:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Pertama kali saya masuk di
sekolah pada bulan Desember 2003, saya langsung dihadapkan pada beberapa
kasus, salah satunya adalah laporan dari guru kelas tentang siswa yang perlu
penanganan khusus karena ada indikasi perilaku apikal. Orang tua dari anak
tersebut kurang memberikan perhatian. Ini menjadi dilema etika bagi saya
karena saya harus segera mengambil tindakan, tetapi juga harus
mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk reaksi dari orang tua.
Dari laporan tersebut, saya langsung menghubungi Dinas Sosial, karena setelah ditelusuri lebih lanjut, ada layanan khusus yang bisa membantu keluarga seperti ini. Saya memanggil orang tua siswa ke sekolah dan memberikan penjelasan tentang langkah-langkah yang perlu diambil.
Saya:
Nilai-nilai kebajikan apa yang bertentangan dalam dilema etika yang
Ibu Erna hadapi tadi?
Ibu Erna:
Nilai yang bertentangan dalam kasus ini adalah rasa keadilan versus rasa
kasihan. Di satu sisi, saya merasa anak ini harus segera mendapatkan
penanganan yang tepat, seperti pindah ke SLB (Sekolah Luar Biasa) karena
kondisinya. Tetapi di sisi lain, keluarga tidak setuju karena mereka ingin
anaknya tetap di sekolah umum.
Saya menjelaskan kepada mereka, bahwa jika anak tersebut tidak dipindahkan, dalam jangka pendek mungkin mereka tidak akan melihat perbedaan. Namun dalam jangka panjang, anaknya tidak akan mendapatkan pendidikan yang maksimal sesuai kebutuhannya. Ini menjadi dilema besar karena orang tua tetap ingin anaknya di sini.
Saya:
Apa saja tantangan yang Ibu hadapi dalam mengambil keputusan
terkait kasus ini?
Ibu Erna:
Tantangan pertama adalah bagaimana meyakinkan orang tua bahwa anak mereka
memerlukan penanganan khusus. Orang tua seringkali sulit menerima kenyataan
tentang kondisi anaknya. Kedua, bagaimana menjaga agar proses ini berjalan
tanpa membuat keluarga merasa terdiskriminasi. Kami harus betul-betul
hati-hati dalam menjelaskan bahwa anak mereka istimewa dan memerlukan
perhatian khusus, tanpa membuat mereka merasa rendah diri.
Saya:
Bagaimana Ibu Erna menentukan waktu yang tepat dalam menyelesaikan
kasus ini? Apakah Ibu meluangkan waktu khusus atau ada jadwal tertentu?
Ibu Erna :
Dalam menyelesaikan kasus ini, saya harus melibatkan banyak pihak, mulai
dari guru-guru, pengawas sekolah, hingga pihak Dinas Sosial. Saya selalu
mengutamakan koordinasi, terutama dengan guru-guru saya, karena mereka yang
berinteraksi langsung dengan siswa. Sebelum memanggil orang tua, saya selalu
memastikan informasi dari guru sudah akurat dan sudah dilaporkan ke
pengawas.
Tentu saja ada waktu yang dibutuhkan, karena ini melibatkan instansi lain. Misalnya, untuk mendapatkan rekomendasi dari Dinas Sosial, kami harus menunggu beberapa hari hingga proses pemeriksaan selesai. Setelah rekomendasi keluar, barulah kami bisa melanjutkan tindakan.
Saya:
Apakah ada seseorang yang mempermudah Ibu dalam mengambil keputusan
terkait kasus ini?
Ibu Erna:
Tentu saja. Tim saya sangat membantu dalam proses ini. Saya selalu
berdiskusi dengan mereka. Setiap keputusan yang saya ambil tidak pernah saya
putuskan sendiri. Saya menghargai masukan dari guru-guru, pengawas, dan
pihak lain yang terlibat. Koordinasi adalah kunci utama. Keputusan terbaik
selalu diambil berdasarkan pertimbangan kolektif, bukan hanya dari saya
sendiri.
Saya:
Terakhir, pembelajaran apa yang dapat Bu Erna petik dari
pengambilan keputusan dilema etika ini?
Ibu Erna :
Pembelajaran yang saya petik adalah pentingnya tidak terburu-buru dalam
mengambil keputusan. Meskipun ada tekanan untuk segera menyelesaikan
masalah, kita tetap harus mengambil waktu untuk menganalisis situasi dengan
baik. Selain itu, pentingnya mendengarkan masukan dari tim. Keputusan yang
baik adalah keputusan yang melibatkan banyak sudut pandang dan didasarkan
pada kepentingan terbaik bagi anak dan keluarga.
REFLEKSI WAWANCARA
Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, apa yang Anda dapatkan?
Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan, para kepala sekolah tersebut mengambil keputusan dengan cara sebagai berikut:
Langkah pertama yang mereka ambil adalah mengidentifikasi masalah yang ada. Selanjutnya, mereka berdiskusi dengan seluruh komponen sekolah untuk menemukan solusi terbaik. Keputusan yang dibuat selalu berfokus pada kepentingan siswa dengan cara yang bijaksana dan penuh tanggung jawab. Langkah-langkah ini telah diterapkan oleh setiap kepala sekolah yang saya wawancarai.
Menurut saya, apa yang telah dilakukan oleh kedua kepala sekolah sebenarnya sudah mencerminkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang bertanggung jawab seperti yang dijelaskan dalam Modul 3.1. Mereka telah memperhatikan empat paradigma dilema etika serta tiga prinsip dasar dalam penyelesaian masalah etis. Walaupun langkah-langkah pengambilan keputusan belum dijalankan secara sistematis dan lengkap, hal tersebut tidak mengurangi keabsahan proses pengujian terhadap keputusan yang telah diambil.
Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?
Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa kesamaan dalam pengambilan keputusan:
- Kedua kepala sekolah melakukan identifikasi masalah dan mengumpulkan fakta-fakta yang relevan.
- Mereka juga melakukan diskusi dan komunikasi dengan berbagai pihak, terutama yang terlibat dalam masalah.
Namun, terdapat perbedaan dalam pendekatan pengambilan keputusan:
- Kepala sekolah pertama lebih menekankan pentingnya diskusi, komunikasi, dan koordinasi dengan unsur-unsur sekolah serta pihak-pihak yang terkait dengan masalah tersebut.
- Sementara itu, kepala sekolah kedua hampir menerapkan seluruh 9 langkah dalam pengambilan keputusan, dengan fokus berpihak pada peserta didik dan keputusan yang bertanggung jawab.
Menurut saya, kepala sekolah kedua lebih menonjol dalam menerapkan langkah-langkah pengambilan keputusan yang sesuai dengan teori di Modul 3.1, karena sebagai lulusan Guru Penggerak angkatan 6, ia telah memiliki pemahaman yang mendalam tentang dilema etika dan cara menyelesaikannya.
Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?
Ke depannya, para pimpinan tersebut berencana untuk menghadapi permasalahan dilema etika maupun bujukan moral dengan mengikuti tahapan-tahapan pengambilan keputusan secara lebih lengkap, sesuai dengan 4 paradigma, 3 prinsip, serta 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Termasuk di dalamnya adalah pengujian dan investigasi terhadap opsi trilemma. Untuk mengukur efektivitas keputusan yang diambil, mereka akan melakukan pengujian benar-salah, merefleksikan keputusan yang telah dibuat, serta meminta saran dan masukan dari pihak-pihak terkait dalam proses pengambilan keputusan.
Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?
Saya berencana untuk menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan setiap kali menghadapi permasalahan dilema etika, baik saat berurusan dengan masalah siswa maupun ketika ada rekan guru yang mengalami dilema etika. Saya juga akan menawarkan kepada mereka untuk menggunakan pendekatan 9 langkah pengambilan keputusan yang telah saya pelajari sebagai panduan dalam menyelesaikan masalah tersebut.