Praktik Baik Aksi Nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
- CGP dapat mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah.
Dalam pengalaman kita bekerja di institusi pendidikan, kita menyadari bahwa menghadapi dilema etika adalah tantangan yang berat dan tak terhindarkan. Dalam situasi semacam itu, sering kali muncul pertentangan antara nilai-nilai kebajikan yang mendasari, seperti kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghormatan terhadap kehidupan.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
Contoh: Memberikan dispensasi kepada seorang siswa untuk tidak mengikuti ujian demi kenyamanan pribadi, meskipun kebijakan sekolah mengharuskan seluruh siswa mengikuti aturan yang sama.
Contoh: Memberi hukuman kepada siswa yang melanggar aturan disiplin, meskipun alasan pelanggaran tersebut disebabkan oleh kondisi keluarga yang sulit.
Konflik antara keharusan untuk bersikap jujur dan mengungkapkan kebenaran dengan menjaga kesetiaan kepada seseorang atau institusi yang memiliki hubungan dekat atau kepercayaan.
Contoh: Melaporkan kesalahan seorang rekan kerja yang melanggar prosedur, walaupun tindakan tersebut bisa merusak hubungan baik dengannya.
Dilema yang terjadi ketika keputusan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan segera bertentangan dengan tujuan atau manfaat yang lebih besar dalam jangka panjang.
Contoh: Memutuskan untuk mengadakan penggalangan dana cepat tanpa perencanaan matang, yang mungkin berdampak buruk pada reputasi sekolah di masa depan.
- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
- Pengujian benar atau salah
- Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
- Melakukan Prinsip Resolusi (Berdasarkan 3 prinsip dilema etika)
- Investigasi Opsi Trilema (Penyelesaian kreatif)
- Buat keputusan
- Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
KASUS YANG TERJADI DAN ANALISIS KASUS
Deskripsi Kasus
Saya punya siswa bernama Rifki (nama samaran), siswa ini keluar dari area sekolah pada jam pelajaran untuk menemui neneknya yang sedang berjualan di depan pagar sekolah. Uang saku yang dia miliki habis, dan dia merasa perlu membeli jajanan dari neneknya.
Namun, tindakan ini melanggar aturan sekolah yang dengan tegas melarang siswa keluar dari area sekolah selama jam pelajaran. Aturan tersebut diterapkan untuk menjaga disiplin, keamanan, dan fokus siswa dalam belajar, serta untuk memastikan bahwa mereka tidak terganggu oleh kegiatan luar yang dapat mengalihkan perhatian mereka dari pendidikan.
Di sisi lain, siswa ini memiliki alasan yang cukup mendalam, yaitu kebutuhan untuk membeli jajanan karena masalah keuangan pribadi, yang mungkin berakar dari kurangnya perhatian dari orang tuanya yang tidak dapat memberikan uang saku yang cukup atau mengawasi kegiatan sehari-harinya dengan baik. Ditambah lagi neneknya sampai sekarang mempunyai masalah dengan sekolah terkait aturan tidak boleh keluar pagar sekolah selama jam sekolah yang mana hal tersebut mengakibatkan jualannya tidak laku.
Dilema etika muncul di sini karena guru harus memutuskan apakah akan menegakkan aturan yang jelas dari sekolah atau mempertimbangkan latar belakang anak yang membutuhkan perhatian lebih dan empati. Tindakan siswa ini bukanlah karena niat buruk atau pembangkangan terhadap aturan, tetapi lebih karena situasi yang mengharuskannya bertindak demikian, dengan kondisi keluarga yang tidak ideal sebagai latar belakangnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting tentang bagaimana seharusnya aturan ditegakkan dalam konteks yang lebih manusiawi dan peduli terhadap kondisi individu siswa.
Paradigma yang digunakan
- Justice (Keadilan): Aturan sekolah melarang siswa keluar dari area sekolah selama jam belajar, sehingga siswa yang melanggar harus diberikan sanksi untuk menegakkan kedisiplinan.
- Mercy (Kasihan): Anak ini memiliki situasi yang kurang menguntungkan (orang tua kurang perhatian), dan tindakannya dilakukan karena alasan mendesak (kehabisan uang saku).
Prinsip yang mendasari Keputusan
- Rule-Based Thinking: Aturan harus ditegakkan agar siswa memahami pentingnya kedisiplinan dan keamanan.
- Care-Based Thinking: Guru perlu menunjukkan empati terhadap kondisi anak, memahami latar belakangnya, dan memberikan solusi yang mendidik.
Langkah Penyelesaian berdasarkan 9 langkah pengambilan keputusan
- Kedisiplinan dan keamanan (aturan sekolah).
- Empati terhadap kondisi anak yang membutuhkan perhatian lebih.
- Anak memiliki alasan mendesak (uang saku habis).
- Neneknya berjualan di luar pagar, membuatnya mudah tergoda untuk keluar.
- Aturan sekolah jelas melarang siswa keluar pagar selama jam sekolah.4.
- Rule-Based Thinking: Tetap memberikan teguran agar anak memahami aturan.
- Care-Based Thinking: Sampaikan bahwa guru peduli terhadap kebutuhannya dan ingin mencarikan solusi.
- Mengatur mekanisme agar siswa yang kehabisan uang saku bisa meminta bantuan ke sekolah (misalnya, kantin kredit atau dana darurat siswa).
- Berkomunikasi dengan neneknya agar mendukung aturan sekolah dan tidak menjajakan dagangan untuk cucunya selama jam sekolah.
- Berikan teguran yang mendidik kepada anak dan sampaikan konsekuensi pelanggaran secara jelas.
- Libatkan neneknya untuk memahami aturan sekolah dan mencari solusi bersama (misalnya, nenek hanya memberi cucunya bekal sebelum sekolah).
- Pastikan anak merasa didukung oleh guru dan sekolah dalam menyelesaikan masalahnya.
Demikian hasil Aksi Nyata dari modul 3.1, semoga menginspirasi. Salam guru Penggerak!